Wahai para mujahidin…
Aku sama sekali tidak mengkhawatirkan banyaknya musuh kalian dan besarnya senjata mereka, aku tidak mengkhawatirkan kalian lantaran berkumpulnya seluruh kekuatan jahat memerangi kalian, atau sikap melemah-kan semangat dari saudara-saudara kalian sesama muslim di berbagai belahan dunia; yang aku khawatirkan justru dari diri kalian sendiri, aku khawatir kalian terkena penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati), merasa lemah dan kalah, kemudian banyak melakukan maksiat.
Kalian bisa mengambil pelajaran dari peristiwa perang Uhud, Alloh Ta‘ala berfirman:
“…sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan bermaksiat kepada perintah (Rosul) sesudah Alloh memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Alloh memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu…”
Ibnu Katsir berkata, “Tadinya keunggulan dan kemenangan berada di fihak Islam pada pagi harinya, tapi tatkala para pemanah bermaksiat dan sebagian pasukan merasa gagal, janji kemenanganpun tertunda, di mana datangnya kemenangan ini disyaratkan adanya keteguhan dan sikap taat.”
Peristiwa Uhud ini sungguh telah menorehkan peristiwa yang menakjubkan, antara lain: jumlah musuh tiga kali lipat lebih banyak daripada jumlah kaum muslimin, lalu Alloh memenangkan kaum muslimin di pagi hari; tapi tatkala mereka bermaksiat, Alloh timpakan musibah di sore hari.
Shahabat Jâbir Radhyilallohu ‘Anhu berkata, “Ketika perang Uhud, manusia bercerai berai dari sisi
Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam, yang tinggal menyertai beliau hanya 13 orang Anshor dan Tholhah.”
Dalam hadits Anas Radhyilallohu ‘Anhu ia berkata, “Ketika pecah perang Uhud, kaum muslimin tercerai berai. Maka Anas bin Nadhr berkata, ‘Ya Alloh, aku memohon udzur kepada-Mu dari perbuatan shahabat-shahabatku, dan aku berlepas diri kepada-Mu dari perbuatan orang-orang musyrik itu.’”
Dulu, setelah pulau Qibrish ditaklukkan, Abu `d-Darda’ duduk sambil menangis tatkala menyaksikan penduduknya menangis dan dalam kondisi kacau balau. Maka ada yang bertanya, “Wahai Abu `d-Darda’, apa yang membuatmu menangis di hari ketika Alloh memuliakan Islam?” beliau menjawab, “Celakalah kalian, alangkah rendahnya makhluk di sisi Alloh ketika mereka meninggalkan perintah-Nya, padahal mereka dulu adalah bangsa yang menang dan kuat, mereka meninggalkan perintah Alloh dan akhirnya menjadi seperti yang kalian lihat.”
(tarbiyah jihadiyah kontemporer II, abu Mus'ab Azzarqowy 6-8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar