Senin, 18 Januari 2010

Benci dan cinta

Benci dan cinta, selalu ada dalam hati manusia. Adalah fitrah, bila manusia mencintai sesuatu yang menyenangkan hatinya, dan membenci segala yang menyusahkannya. Yang harus diperhatikan, seorang muslim hendaknya selalu menimbang rasa benci dan cintanya, berdasarkan syariat Allah azza wajalla. Ia harus mencintai apa yang dicintai-Nya, dan membenci apa yang dibenci oleh-Nya. "TERJALNYA" JALAN KE SURGA

Surga adalah impian dan cita-cita tertinggi setiap mukmin. Namun, untuk menuju ke sana, seseorang harus melalui berbagai ujian dan rintangan. Sebaik-baik bekal yang mesti dibawa adalah takwa. Yaitu menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya. Itulah yang berat, dan membuat jalan ke surga menjadi "terjal" atau sulit dilalui. Hanya orang-orang yang terpilih dan mendapat hidayah-Nyalah yang akan berhasil melaluinya.

Setiap orang akan mendapatkan ujian sesuai dengan kadar keimanannya. Semakin tinggi imannya, semakin berat pula ujiannya. Rasulullah shallallahualaihi wasallam pada permulaan dakwahnya, banyak menghadapi celaan, caci-maki, hinaan, bahkan tindakan kasar dan keji dari kaumnya. Namun beliau tetap bersabar. Ketika pamannya, Abu Thalib meminta beliau untuk menghentikan dakwahnya, beliau menjawab, "Wahai pamanku, meskipun matahari diletakkan di tangan kananku, dan rembulan di tangan kiriku, aku tak akan menghentikan dakwahku, hingga maut menjemput diriku." Itulah bukti cinta Rasulullah shallallahualaihi wasallam kepada Allah Ta'ala, sekaligus kepada kaumnya.

Sesungguhnya, Rasulullah shallallahualaihi wasallam sangat menyayangi pamannya itu. Namun, ketika pamannya memerintahkan suatu perkara yang bertentangan dengan perintah Allah Ta'ala, beliau dengan tegas menolaknya. Kemudian, setelah Islam berkembang pesat dan mengalami kejayaannya, Rasulullah shallallahualaihi wasallam tidaklah sombong dan menepuk dada.

Beliau juga tetap amanah dan hidup sederhana, meski ada kesempatan untuk bermewah-mewah. Beliau tetap tawadhu', dan memperbanyak amal ibadah. Shalat malam, puasa sunnah, memperbanyak dzikir dan istighfar, itu adalah "makanan" sehari-harinya, yang diteladani oleh para sahabatnya yang mulia. Semua itu tetap beliau dan para sahabatnya lakukan, meski di antara mereka sudah dijamin surga! Itulah wujud cinta dan tanda syukur mereka kepada-Nya. Hati mereka sudah dipenuhi dengan keagungan nama-Nya.

Jiwa mereka sangat merindukan untuk dekat dengan-Nya. Kini, bagaimanakah dengan kita? Sampai di mana usaha kita untuk dapat meraih surga-Nya? Kesibukan dunia, ternyata telah banyak melalaikan kita dari-Nya. Shalat yang lima waktu saja sering terlambat, bahkan kadang terlewatkan (na'udzubillaah).

Shalat malam? Jangankan bangun untuk mengambil air wudhu kemudian shalat di pertengahan malam. Saat adzan subuh pun, kadang masih malas untuk bangun. Lebih nikmat berselimut dan memeluk bantal, daripada memenuhi panggilan-Nya. Astaghfirullaah.

"MULUSNYA" JALAN KE NERAKA

Dalam kamus setan, tak dikenal kata menyerah dan putus asa, selama itu demi menyukseskan misi abadinya, untuk menyesatkan manusia: ke neraka. Sejauh mungkin, dengan apa pun caranya, bagaimana pun bentuknya, serta kapan pun waktunya.

Setan akan senang sekali, bila melihat manusia memilih jalan ke neraka. Ia juga akan membantu manusia untuk melaluinya, serta menghiasi berbagai sarana yang menjadikan manusia tertarik padanya. Beberapa jalan setan untuk menjebak manusia di antaranya:

- Indahnya syahwat

Nafsu syahwat senantiasa ada dalam diri manusia. Terkadang ia bergejolak dan menggelegak, menghentak-hentak, minta segera disalurkan. Allah l telah memberi solusi penyaluran syahwat ini melalui pernikahan, dengan segala hikmahnya yang agung.

Namun, setan pun memberi solusi dengan berbagai cara lain yang sudah pasti haram, meski banyak manusia menyukainya. Misalnya dengan pacaran yang dilanjutkan dengan hubungan di luar nikah, berselingkuh dengan PIL, WIL atau PSK.

Cara ini, bagi sebagian orang justru lebih nikmat dan disukai. Adakalanya mereka lebih mencintai pasangan selingkuhnya, daripada pasangan sahnya. Jelas, yang seperti ini sangat tercela dan berdosa.

- Nikmatnya narkoba

Narkoba, dengan segala bentuknya, juga merupakan perangkap setan yang tampak indah dan nikmat, dalam pandangan sebagian orang. Bagaimana tidak? Dengan mengonsumsinya, seseorang bisa seolah "terbebas" dari segala macam keruwetan dan masalah kehidupan.

Seseorang bisa melepaskan segala stres dan kepenatan, juga kejenuhan. Karena narkoba akan membawanya terbang ke awang-awang...jiwa terasa bebas dan segala beban pun lepas.... Namun...itu hanya terjadi sesaat saja. Setelah itu, seluruh tubuh akan terasa sakit dan ngilu, karena narkoba telah merusak berbagai organ vital di dalamnya. Efek ketagihan pun menyertai. Rasa sakit tak akan reda bila pengonsumsian dihentikan....

- Harta yang menggoda

Hampir setiap manusia mencintai harta. Allah Ta'ala telah memberikan rambu-rambu pada manusia untuk memperolehnya. Di antaranya dengan ayat-ayat yang menjelaskan halalnya jual beli dan haramnya riba. Juga dengan ayat yang menjelaskan keharaman memperoleh harta dengan menzhalimi orang lain.

Sayang, meskipun rambu-rambu itu begitu jelas dan tegas, masih banyak manusia yang "tertarik" untuk melanggarnya. Praktik riba, merebak di mana-mana. Korupsi, sudah menjadi tradisi sebagian masyarakat negeri ini. Pencurian, perampokan, dan berbagai tindak kriminal lainnya frekuensinya kian meningkat tajam. Semua itu adalah pertanda, bahwa banyak manusia telah "kehilangan" hati nuraninya. Mereka tak merasa bersalah sedikit pun, atau merasa sayang dan kasihan kepada orang-orang yang mereka aniaya. Hukum rimba telah berlaku di alam manusia.

- Kesombongan yang tak terasa

Sikap sombong dan membanggakan diri, terkadang juga menghinggapi jiwa manusia, baik disadari atau tidak. Orang yang sombong, hanya mencintai dan mau bergaul dengan orang-orang yang dipandang "sederajat" dengannya. Bila ia kaya dan berpangkat, ia enggan bergaul dengan orang-orang miskin, yang tidak sederajat dengannya. Tak jarang, mereka bersikap tidak pantas kepada orang-orang yang dianggap rendah. Mereka juga merasa berat, untuk mengeluarkan zakat.

Hendaknya, kita senantiasa berusaha menjauhi sikap sombong ini, sekecil apa pun, karena Rasulullah shallallahualaihi wasallam bersabda, "Kelak akan menimpa umatku penyakit umat-umat terdahulu yaitu penyakit sombong, kufur nikmat dan lupa daratan dalam memperoleh kenikmatan. Mereka berlomba mengumpulkan harta dan bermegah-megahan dengan harta. Mereka terjerumus dalam jurang kesenangan dunia, saling bermusuhan dan saling iri, dengki, dan dendam sehingga mereka melakukan kezhaliman (melampaui batas)." (Riwayat al-Hakim)

- Memandang bid'ah sebagai kebajikan

Di antara kita, banyak pula yang sangat mencintai amalan-amalan yang dipandang sebagai kebajikan, padahal kenyataannya adalah kebid'ahan. Di antaranya adalah tahlilan dan yasinan setelah kematian seseorang. Atau memperingati kelahiran (maulid) maupun kematian (khaul) seseorang yang dipandang sebagai orang shalih.

Sungguh, bila yang seperti itu adalah kebajikan dan suatu yang perlu dilestarikan, maka Rasulullah shallallahualaihi wasallam dan para sahabatnya adalah generasi pertama yang akan melakukannya.

MEWUJUDKAN CINTA PADA SESAMA

Setelah mengetahui lika-liku jalan ke surga dan tipu daya jalan ke neraka, maka seorang mukmin harus selalu mengupayakan dirinya untuk meniti jalan menuju surga, dan mengajak orang-orang terdekatnya untuk berbekal dengan takwa.

Setiap mukmin, tentu mencintai keluarganya. Setiap kita yang mencintai keluarga, tentu tak akan rela bila di antara mereka masuk neraka. Karena itulah, demi cinta kita, kita harus melaksanakan perintah Allah Ta'ala,

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (At-Tahrim: 6)

Kepada mereka, yaitu suami atau istri kita, orangtua serta anak-anak kita, kita harus berusaha melakukan amar ma'ruf nahi mungkar (mengajak pada kebajikan dan mencegah kemungkaran), semampu kita. Bagaimana kalau mereka melakukan kemaksiatan? Kita harus berusaha menasihatinya, diiringi dengan doa, agar Allah azza wajalla menyadarkan dan memberi hidayah kepada mereka.

Dalam lingkup yang lebih luas, cinta pada sesama harus kita wujudkan pula dengan beramar ma'ruf nahi mungkar di lingkungan terdekat kita, yaitu tetangga dan sanak famili.

YANG MESTI KITA BENCI

Segala jalan ke neraka, itulah yang selayaknya kita benci dan jauhi. Demikian pula dengan orang-orang kafir serta orang yang suka menentang kebenaran risalah yang dibawa Rasulullah shallallahualaih wasallam, hendaknya kita tidak menjadikan mereka sebagai teman dekat.

Allah azza wajalla berfirman,

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu..." (Al-Mumtahanah: 1)

Semoga kita tidak akan salah lagi dalam menempatkan benci dan cinta....Kita benci apa yang dibenci-Nya, dan kita cintai apa yang dicintai-Nya. (ummu fauzan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar